Opini

Polda Sumut Membangun Citra Positif Kota Medan

Oleh Dr Ribut Priadi

Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara pernah diguncang dengan maraknya kasus begal. Peristiwa kejahatan begal hampir setiap hari menghiasi lembaran koran, layar televisi ,laman web serta media sosial.Tak cuma begal, kejahatan lainnya yang terjadi juga menjadi konsumsi warga sehingga Kota Medan terkesan begitu menyeramkan. Tak heran jika malam hari banyak warga yang memilih berdiam di rumah dan enggan untuk bepergian atau bersantai menikmati hiburan.

Jalan-jalan dan tempat-tempat nongkrong yang biasa hidup sampai menjelang dinihari terasa ditinggal warga. Suasana Kota Medan terasa menjadi begitu menyeramkan saat menjelang tengah malam. Butuh mental yang ekstra untuk berkendara malam hari dengan menggunakan sepeda motor. Banyak warga enggan bepergian malam hari melintas di jalan-jalan kota yang sepi.

Kondisi Kota Medan yang menjadi tampak begitu sangar karena berita-berita begal ini cukup menyita perhatian Kapolda Sumut, Irjen.Pol, Agung Setya. Ada yang menarik dari langkah awal yang diambil yakni yang diistilahkan dengan moratorium pemberitaan kejahatan begal di Media. Pemberitaan peristiwa kejahatan begal sejauh mungkin dihindari. Tujuannya agar tidak memicu rasa ketakutan masyarakat Kota Medan atau mereka yang ingin berkunjung ke Ibu kota Sumut ini.

Sebagai gantinya Polda Sumut menggelar program sosialisasi untuk membangun keyakinan masyarakat, bahwa polisi siap mengantisipasi dan menanggulangi kejahatan. Dalam berbagai kesempatan Kapolda menjelaskan kesiapan dan kemampuan personil di jajarannya dengan dukungan teknologi kepolisian mencegah dan mengatasi kejahatan.

Langkah Kapolda Sumut, Irjen. Pol. Agung Setya ini yang tidak lagi menjadikan persoalan kejahatan begal untuk konsumsi media merupakan strategi jitu. Dari sisi ilmu komunikasi berita -berita di media bisa jadi dianggap sebagai cermin kondisi di masyarakat. Padahal bisa jadi fakta kejahatan yang diberitakan hanya satu dari sekian banyak peristiwa normal yang terjadi. Kejahatan yang terjadi di satu titik wilayah Kota Medan yang begitu luas, seolah mewakili situasi dan kondisi keseluruhan. Satu warga yang menjadi korban kejahatan, tapi seolah peristiwa kejahatan itu menggambarkan keseluruhan kondisi Kota Medan. Satu peristiwa kejahatan yang diliput oleh semua media,melahirkan kesan seolah-olah, peristiwa kejahatan itu terjadi di seluruh wilayah Kota Medan.

Bagi mereka yang belum mengenal Kota Medan bisa jadi enggan untuk datang berkunjung atau membuka bisnis karena yang dibaca setiap hari adalah peristiwa kejahatan. Kekhawatiran akan keamanan Kota Medan itu bisa jadi lahir dari gencarnya pemberitaan, termasuk peristiwa kejahatan begal, premanisme dan lainnya. Persepsi negatif Kota Medan itu juga yang menjadi perhatian Kapolda Sumut, Irjen.Pol. Agung Setya.

Moratorium berita-berita peristiwa kejahatan, termasuk diantaranya berita peristiwa begal menjadi salah satu kebijakan yang diambil. Polda Sumut tidak lagi menshare informasi tentang kejahatan begal. Polda Sumut tidak lagi merilis peristiwa kejahatan begal untuk dikonsumsi masyarakat. itu cukup masuk akal, jika Polri merasa perlu membangun agenda setting yang ikut membangun citra positif Kota Medan.

Berita peristiwa kejahatan yang menghiasi wajah media memang terasa menganggu.Pandangan media sebagai cermin realitas masyarakat rasanya masih relevan. Langkah moratorium untuk menshare informasi peristiwa kejahatan khususnya begal cukup masuk akal. Esensi pemberitaan terkait kejahatan sudah perlu diubah untuk mencegah mispersepsi di masyarakat. Bukan lagi informasi peristiwa kejahatan, tapi berita yang disebar bisa lebih selektif dengan informasi komprehensif tentang akar masalahnya.

Sudah seharusnya, masyarakat tidak lagi disuguhi berita tentang peristiwa kejahatan secara berlebihan. Jika berita kejahatan dimaksudkan agar masyarakat antisipatif, tapi efeknya boleh jadi justeru menebar rasa cemas dan ketakutan. Kapolda Sumut, Irjen. Pol. Agung Setya dalam berbagai kesempatan, menata informasi. Di sisi lain dia meyakinkan, polisi terus bekerja menangani kejahatan tapi tidak semuaya harus menjadi konsumsi media.

Kebijakan Polda Sumut untuk lebih selektif dalam menyebar informasi cukup efektif mengurangi durasi berita kejahatan di media. Efeknya cukup terasa, berita kriminal tak lagi dominan menghiasi halaman media. Sepinya berita kriminal di media paling tidak mengurangi kesan “sangar” wajah Kota Medan. Jika media masih dipercaya sebagai cermin, maka sudah seharusnya perlu dijaga jangan terlalu banyak retak, agar orang lain tak salah menilai wajah kita.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button